Siapa yang ngerasa duitnya cepat habis tapi satu sisi nggak tahu selama ini gajinya dialokasikan kemana ? Beberapa hari lalu saya ngobrol sama teman-teman. Mereka merasa duit yang mereka miliki cepat habis. Belum juga akhir bulan, eh gaji sudah ludes. Apalagi di tahun ajaran baru seperti ini, ada tambahan pengeluaran yang mau tak mau menguras keuangan keluarga.

Boleh sepakat boleh nggak, tapi mengalokasi dan mengatur keuangan keluarga itu bukan perkara mudah. Apalagi dengan adanya gaya hidup yang berubah mengikuti perkembangan jaman, teryata juga mempengaruhi pengeluaran sehari-hari.

Tak percaya ? Sekarang, semuanya dimanjakan dengan teknologi. Mau makan, semua bisa dilakukan melalui aplikasi tanpa harus keluar rumah. Rumah kotor? Tak perlu repot karena semua bisa diatasi dengan pesan jasa bersih rumah secara online. Belum lagi nih, setiap kali mau nongkrong atau sekedar ketemuan dengan kenalan, cari tempat yang instagramable. Dan ini juga banyak yang teryata banyak mengeluarkan uang untuk mengikuti gaya hidup. Mau nabung ? Boro-boro karena uangnya sudah habis dengan gaya hidup.

Lalu, bagaimana mengalokasi dan mengatur keuangan keluarga ? Bagaimana mengatur uang nggak hanya sekedar numpang lewat saja ? Sabtu, 29 Juni 2019, saya mengikuti Arisan Digital #4 : Where Did My Money Go? yang dilaksanakan di Slip oleh Girl in Tech Indonesia dengan Bank OCBC NISP. Ini pertama kali saya mengikuti arisan digital.

 
Acara arisan digital keempat ini menghadirkan dua narasumber yakni :

Stephanie Kristanto, OCBC Wealth Research & Strategies

Chinni Yanti Tjhin, OCBC Premier & EA Proposition Head.

Soal gaya hidup, Stephanie membahas ada perbedaan gaya hidup antara generasi lama dan generasi milenial. Generasi jaman dulu itu lebih  banyak mengalokasikan dana untuk olahraga, nonton televisi dan lain-lain. Mereka rata-rata cenderung kaku dan berpenampilan formal. Beda dengan kaum milenial yang cenderung menggunakan casual, akrab dengan gadget serta masih meluangkan waktu itu liburan, nonton konser dan lain-lain. Akibatnya, tak ada dana untuk menabung. Nggak ingin selamanya seperti itu kan ?Lalu, bagaimana pengaturan dana bulanan yang ideal? Stephanie mengutip pembagian alokasi dana yang dilakukan oleh Oprah Winrey adalah :

 Kebutuhan rumah tangga 35%

Tabungan 10%

Lain-lain 25%

Debt 15%

Transportasi 15%

“Namun semuanya juga tergabung kebutuhan masing-masing keluarga,” kata Stephanie. Stephanie menawarkan alokasi dana dengan perbandingan 50 : 30 : 20. Pembagiannya seperti di bawah ini “

Dana 50%

Kebutuhan pokok meliput rumah tangga (cicilan rumah/bahan makanan/internet/listrik/air/gas), transportasi (bensin/transportasi umum),

Dana 30%

Kebutuhan lainnya meliputi gaya hidup (hangout, travel, nonton bioskop, konser, belanja)

Dana 20%

Kebutuhan finansial meliputi investasi (saham, obligasi, reksadana), tabungan (deposito, tabungann berjangka) dan asuransi (jiwa, penyakit kritis, hospital, kecelakaan)

Ada yang mengalokasikan keuangan keluarga seperti paparan di atas? Jika belum, belum terlambat untuk memulai. Jangan sampai terlena dengan mengambil cicilan tapi teryata cicilannya lebih banyak untuk pengeluaran keuangan keluarga.

Lalu berapakah beban cicilan maksimal? “Tidak lebih dari 35% total cicilan bulanan,” kata Stephanie. Nah, 35% cicilan bulanan ini meliputi 20% cicilan produktif dan 15% cicilann konsumtif. Karena bagaimanapun, harus ada alokasi dana untuk dana cadangan sebesar 6x gaji bulanan. Mengapa harus 6x gaji bulanan? Ini karena untuk memberikan kesempatan untuk mencari pekerjaan sehingga masih ada cadangan dana yang ada.

Oh ya, kami juga diajak untuk menghitung berapa idealnya dana untuk masa depan. Kami menghitung melalui website OCBC NISP. Pertama, tama masukkan terlebih dahulu data lahir kemudian masukkan berapa total dana yang dihabiskan dalam sebulan. Kemudian, kami diminta untuk memilih, perkiraan pensiun pada usia berapa tahun dan lamanya masa pensiun yang kami inginkan.

Setelah itu, akan muncul total dana yang saya butuhkan untuk hidup tenang di masa tua tanpa kuatir dana terbatas. Hasilnya? Butuh tabungan lebih dari Rp 1 milyar untuk pensiun kelak. Kaget ? Yap, saya kaget trus memikirkan, dari mana total dana itu harus saya peroleh? Kayaknya, kerja banting tulang untuk menghasilkan dana itu bukan perkara yang mudah. Nggak pengen juga kan saya kerja terus ?

Lalu, kemanakah harus investasi ? Dan mengapa harus investasi ? Ada tiga alasan utama mengapa harus melaksanakan investasi sejak sekarang yakni :

Biaya hidup akan semakin mahal karena inflasi

Bisa menjamin kehidupan di masa depan

Menjadi sumber passive income

Dan pertanyaan berikutnya, investasi apa yang tepat ? Pertama-tama, kenali terlebih dahulu berbagai pilihan investasi yang ada. Ingat, semakin tinggi hasilnya maka semakin tinggi pula resikonya. Tapi, jangan sampai terjebak investasi bodong yang menawarkan bunga tinggi dalam waktu singkat.

Ada dua tipe investasi yakni :

Investasi keuangan atau portofolio meliputi deposito, obligasi/sukuk/ORI, mata uang asing saham, reksadana

Investasi aset rill meliput emas, tanah, properti, perhiasan, barang antik, bisnis dan usaha

Investasi yang paling memberikan keuntungan adalah reksadana. Ada dua tipe reksadana yakni reksadana berjangka dan reksadana lump sum. Keduanya memiliki ciri khas yang berbeda. Reksadana berjangka itu resikonya lebih rendah, menurunkan harga beli dalam jangka panjang hingga return optimal di atas produk konvensional. Sedangkan reksadana lump sum ini memberikan resiko lebih tinggi dan potensi return lebih tinggi.